Rabu, 17 November 2010

Berita Harian dari VOA Indonesia

Berita-Berita Utama

Keluarga Pembangkang Tiongkok Tak Hadiri Pemberian Nobel Perdamaian

Pejabat Komite Nobel Norwegia mengatakan kecil kemungkinan keluarga Liu Xiaobo diijinkan berangkat menuju Oslo, Norwegia.

Inggris: Tak Cukup Bukti Agen MI5 Terlibat Kasus Penyiksaan di Guantanamo

Jaksa Agung Inggris mengatakan tidak cukup bukti mendakwa agen MI5 atas dugaan menyiksa seorang mantan tahanan Guantanamo.

Panel Kongres AS: China Telecom Bajak Internet Amerika

Panel tersebut menuduh perusahaan telekomunikasi Tiongkok membajak komunikasi internet dari Pemerintah dan militer AS.

Viktor Bout Mengaku Tak Bersalah di Pengadilan Amerika

Warga Rusia yang dituduh memasok senjata dalam berbagai konflik di dunia telah mengaku tidak bersalah atas tuduhan terorisme.

Mesir Bebaskan Blogger Setelah Dipenjara 4 Tahun

Abdel Kareem Nabil dihukum empat tahun penjara setelah divonis bersalah menghina Islam dan Presiden Mesir Hosni Mobarak.

Israel Setuju Tarik Tentaranya dari Ghajar

Kabinet Israel menyetujui penarikan pasukan dari Ghajar dan menyerahkan wewenang kepada penjaga perdamaian PBB di Lebanon.

Israel pertama kali merebut Ghajar dari Suriah dalam Perang Timur Tengah tahun 1967 (foto: dok).

Menlu Clinton: Rejim Otoriter dan Ekstrimis Ancam Kebebasan Beragama

AS prihatin atas kebebasan beragama di Birma, Tiongkok, Eritrea, Iran, Korut, Saudi, Sudan dan Uzbekistan.

Angka Kematian Akibat Kolera di Haiti Lampaui 1.100

Kementerian Kesehatan Haiti juga melaporkan 18.400 orang dirawat di rumahsakitkan sejak wabah merebak akhir bulan lalu.

Jerman Perketat Keamanan setelah Muncul Peringatan Serangan Teroris

Menteri Dalam Negeri Thomas de Maiziere mengatakan informasi yang diterima dari dinas intelijen membuat Jerman meningkatkan kewaspadaan.

Seorang polisi berjaga-jaga menggunakan rompi anti-peluru di sebuah stasiun kereta di Berlin.

Clinton Desak Senat agar Segera Setujui Perjanjian Baru START

Walaupun ditentang Partai Republik, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengimbau Senat agar menyetujui perjanjian baru dengan Rusia.

Menteri Luar Negeri Hillary Clinton (tengah) diapit Senator John Kerry dan Senator Richard Lugar menjelaskan mengenai traktat START di Gedung DPR AS.
Berita Lainnya

Dalam Surel Ini

Berita
Indonesia
Amerika Serikat
Asia
Timur Tengah
Politik
Bisnis dan Ekonomi
Seni dan Hiburan
Olahraga
Sains dan Kesehatan
Afrika
Eropa
Perang dan Konflik
Lingkungan Hidup
Bencana
Gaya Hidup

Berhenti Berlangganan

Jika Anda tak ingin lagi menerima surel ini mohon berhenti berlangganan

Kirim Pertanyaan?

Jika Anda punya pertanyaan mengenai surel newsletter ini, kirimkan ke : voaindonesia@voanews.com

Kami telah memperbarui desain situs kami agar lebih mudah bagi Anda mencari berita, informasi, video, program VOA dan berbagai fitur interaktif. Kirim komentar Anda mengenai desain baru ini melalui surel di voaindonesia@voanews.com.

Berhenti Berlangganan